Senin, 10 Oktober 2011

REVIEW BUKU GERAKAN WAHABI DI INDONESIA Pengarang : Prof. K. Yudian Wahyudi, Ph.D. Direview Oleh : MARZUKI


Banyaknya penyelewengan terhadap ajaran islam dalam kehidupan manusia menimbulkan suatu pergerakan yang bertujuan untuk mengembalikan islam kepada Al-Qur’an dan Sunnah. Pergerakan yang tampil dalam dalam misi ini di pelopori oleh Muhammad ibn Al-Wahab dengan menamakan gerakan Wahabi (Wahabism). Muhammad bin Abd. Wahab menganggap bahwa tauhid uluhiyah banyak diselewengkan yang menyebabkan kemusyrikan. Sedangkan orang yang musyrik boleh dibunuh. Dalam ajaran wahabi semua pola kehidupan manusia harus sesuai dengan Al-Qur’an dan Hadits nabi. Kebiasaan-kebiasaan atau adat kehidupan yang bertentangan dengan kedua dasar islam tersebut harus dihapuskan.
Dalam tataran praktis wahabi mengaku sebagai gerakan salafiyah agar mendapat dukungan dari masyarakat. Namun dalam praktiknya mereka menggunakan cara-cara radikal dan memaksakan kehendak kepada orang lain.
Pengaruh gerakan Wahabi ini menyebar hingga ke Indonesia. Penyampaian “back to Qur’an and Sunna” sebagai misi ajaran wahabi terlalu ditafsirkan secara rigit dan literal sehingga terjadi bentrokan dengan adat masyarakat. Perang paderi antara kaum intelektual dengan adat menjadi suatu efek dari pemaksaan dalam penerapan gerakan wahabi ini. H. Miskin, H. Sumantik dan H. Piabang serta para pengikutnya kurang mendapatkan simpati dengan masyarakat. Hal ini disebabkan pendekatan mereka dalam penerapan wahabism terlalu dipaksakan.
Di garut, pengaruh wahabi dimanifestasikan dengan gerakan upaya penerapan syariat islam. K. Endang Yusuf dengan mengusung nama Komite Penegak Syariat Islam ( KPSI ) memaksakan agar Garut memberlakukan syariat islam secara lokal.
Lembaga pendidikan juga banyak terimbas wahabism seperti di pesantren-pesantren dengan menjustifikasikan simbol-simbol keislaman yang berlaku di Arab saudi perlu diterapkan dalam kehidupan keseharian umat islam di Indonesia. Larangan untuk mengkaji Al-Qur’an dan hadist yang keluar dari konsep nalar pemahaman wahabism. Pendidikanpun menjadi tempat doktrinisasi ajaran wahabi. Padahal pendidikan bukan sekedar transfer of knowledge namuun lebih jauh pendidikan juga mencakup aspek perilaku peserta didiknya untuk menjadi manusia yang beriman.
Di Solo implementasi gerakan wahabi lebih moderat. Dengan mendirikan Majlis Tafsir Al-Quran ( MTA ) H. Misbach menginginkan adanya purifikasi ajaran islam. Purifikasi ajaran islam atau tauhid ini mencakup jalan dakwah dengan tidak merusak atau desktruktif. Jalan dakwah dilakukan melalui media atau secara langsung dengan jalan khuruj.
Lebih lanjut gerakan wahabism juga merambah keperguruan tinggi dengan menanamkan ajaran islam secara simbolis-formalis membawa kearah islam fundamentalis. Gerakan islam kampus demikian dikenal cenderung bersifak ekslusif. Para penganut gerakan ini berusaha untuk menjauh dari kehidupan orang lain. Dr. Kainyo Harto, M.Ag. melalui penelitiannya mengharapkan agar gerakan ini dapat memberikan kontribusi keilmuan dan perluasan wawasan keislaman yang lebih komprehensif.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tinggalkan Komentar anda tentang blog ini..!

BERTEMAN DENGAN SAYA