Rabu, 19 Mei 2010

ARTIKEL PENDIDIKAN BAHASA ARAB 3

MEDIA DAN EFEKTIVITASNYA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA ARAB


I. PENDAHULUAN

Bahasa arab pada awal-awal kemajuan islam mendapat tempat yang terhormat, dijunjung dan disanjung bukan hanya orang arab saja namun juga dari bangsa-bangsa lain. Bahasa arab juga mendapat tempat yang mulia ketika kita sandarkan dengan doktrin-doktrin agama islam. Bahasa arab identik dengan islam, dan islam memang berasal dari arab, meskipun islam bukan hanya untuk orang arab.
Literatur bahasa arab pada jaman kekhalifahan bukan cuma berisi ilmu-ilmu agama saja, literatur yang juga banyak memuat ilmu umum dan seni juga harus diakui berawal dari bahasa arab. Bahkan negara barat, meskipun mereka "malu-malu" untuk mengakuinya merasa berhutang budi dengan bahasa arab.
Bahasa arab dewasa ini mendapat tantangan yang sangat berat. Tantangan yang sifatnya internal dari bahasa arab itu sendiri atau faktor-faktor eksternal yang dengan sengaja untuk menjauhi orang lain untuk belajar bahasa arab. Kedua hal tersebut tentu saja apabila dibiarkan dan tidak ada upaya-upaya untuk mengatasinya akan menjadikan bahasa arab semakin "terpuruk" dalam lembah kehinaan.
Bersambung

Sabtu, 15 Mei 2010

PSB

R RAMAI-RAMAI BEREBUT SISWA BARU

Hasil Ujian Nasional telah diumumkan kendati setiap tahun program ini penuh dengan kontroversi namun pelaksanaan UN tetap berjalan dari tahun ke tahun. Terlepas dari semua, hasil yang diraih siswa/i untuk tiap jenjang pendidikan telah dipublikasikan secara resmi di semua sekolah.
Kesibukan baru bagi guru-guru setelah Ujian Nasional adalah persiapan Penerimaan Siswa Baru ( PSB ).
Mulai dari spanduk, brosur bahkan sosialisasi kunjungan kesetiap sekolah dilakoni dengan tujuan dapat merekrut siswa sebanyak-banyaknya. Kenapa harus sebanyak-banyaknya? Lho.., kan kalau siswa banyak secara otomatis Bantuan Operasional (BOS) juga akan lebih besar.., Tapi apakah kalau BOS besar pelayanan pendidikan juga lebih baik? kita nantikan saja...,

ARTIKEL PENDIDIKAN BAHASA ARAB 2

URGENSI "BIY'ATUL AROB" MELALUI ARABIC DAYS DALAM
BELAJAR BAHASA ARAB

"Allughoh hiya Al-'Adah wattiqroor"
Bahasa adalah adat dan diucapkan secara berulang-ulang ( Ibnu Jinny )

I. PENDAHULUAN
Manusia sejak ia dilahirkan hingga berusia kurang lebih empat tahun belum dapat berbicara dengan baik. Informasi bahasa yang ia dapatkan baik itu di keluarga atau di lingkungan baru terekam dalam memori otak saja, belum sampai pada output yang sempurna, meskipun ia berkeinginan menyampaikannya secara lugas dan matang. Inilah kenyataan hidup manusia. Ia baru mampu mengucapkan sesuatu yang ada dalam memori otaknya dengan baik jika telah berusia di atas lima tahun.
Namun tidak dapat dipungkiri, bahwa pada saat kita kecil informasi-informasi kebahasaan ( baca:kosa kata ) yang masuk dalam diri kita dapat terekam dengan cepat dan menyeluruh. Informasi inilah yang kemudian dapat menjadi karakter kebahasaan seseorang.
Sebagai contoh seorang anak kecil yang berasal dari Indonesia, apabila ia tinggal dalam keluarga dan lingkungan yang disana menggunakan bahasa arab, maka bahasa yang ia kenal dan ia pakai disaat dewasa nanti adalah bahasa arab. Kenapa demikian?
Dan apakah kita yang berasal dari Indonesia dan berada dalam lingkungan tempat tinggal Indonesia dapat berbahasa arab dengan baik sebagaimana anak kecil tadi? Dan apakah ketika bahasa arab tersebut dipelajari dalam suatu lembaga pendidikan mampu membuat karakter peserta didiknya seperti anak kecil tadi?
Dan apakah ketika bahasa arab tersebut dipelajari dalam suatu lembaga pendidikan mampu membuat karakter peserta didiknya seperti anak kecil yang dapat berbicara bahasa arab dengan baik? Bagaimana lembaga pendidikan yang mengajarkan bahasa arab mampu membuat peserta didiknya  berada dalam didikan dan pengajaran langsung seperti nuansa arab?
Di sinilah letak pokok bahasan dan rumusan pembahasan makalah ini dibuat. Karena selama ini bahasa arab bagi kebanyakan pelajar atau mahasiswa merupakan pelajaran yang menakutkan. Jika image bahasa arab sedemikian "menyeramkan" bagaimana mungkin bahasa arab mampu menjadi bahasa yang dikuasai oleh mereka.
II. PEMBAHASAN
Pendapat Ibnu Jinny yang mengatakan bahwa "bahasa adalah adat dan diucapkan secara berulang-ulang" apabila kita kaitkan dengan cerita anak kecil yang dibesarkan dalam keluarga dan lingkungan arab sangatlah relevan dan masuk akal. Karena antara bahasa dan adat suatu bangsa tidak dapat dipisahkan. Dan jika bahasa itu merupakan suatu adat maka bahasa tersebut sangat besar sekali dalam mempengaruhi kehidupan seseorang di mana ia berinteraksi dengan lingkungannya.
Dalam hal ini, pendidikan bahasa arab di lembaga pendidikan formal baik Madrasah Ibtidaiyyah (MI), Madrasah Tsanawiyah (MTs.) atau Madrasah Aliyah (MA) kurang mendapatkan porsi uyang cukup. Di samping porsi jam pelajaran yang kurang, lingkungan tempat belajar (sekolah) kurang (untuk tidak mengatakan "tidak") mendukung terciptanya suasana arab.
Selain itu kompetensi guru, media belajar dan literatur yang terbatas juga menjadikan bahasa arab semakin terpuruk eksistensinya dimata siswa. Bahasa arab menakutkan, sulit dan tidak marketable. Dalam keadaan doktrin yang sudah melekat ini menumbuhkan minat untuk mempelajari bahasa arab sangatlah sulit.
Salah satu jalan keluar (problem solving) dari maslah yang sudah akut ini adalah adanya pembenahan pelajaran bahasa arab ditiap jenjang pendidikan. Kurikulum bahasa arab yang diberikan pemerintah (dalam hal ini kementrian Agama RI ) terhadap tiap tingkat satuan pendidikan jangan lagi hanya sekedar memberikan "kulit" dari esensi bahasa arab itu sendiri. Pelajaran bahasa arab yang diberikan guru harus aplikatif terhadap kehidupan siswanya, sehingga siswa mampu menggunakan bahasa tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu guru, kepala sekolah dan staf lainnya harus membuat satu program yang dapat mendukung proses belajar bahasa arab siswa di luar jam pelajaran. Sebagai contoh sekolah bisa saja membuat program hari bahasa arab (arabic days). Tiga hari dalam satu minggu siswa wajib berkomunikasi dengan menggunakan bahasa arab. Bisa saja dalam hal ini sekolah memberikan sanksi yang mendidik bagi siswa yang melanggarnya. Di samping itu untuk sarana pendukung program tersebut sekolah harus membuat tulisan-tulisan bahasa arab yang ditempel pada benda-benda disekitar yang tujuannya sebagai guide bagi siswa dalam berkomunikasi (baca:mencari kosa kata).
Jika program hari bahasa ini berjalan maka setahap demi setahap akan timbul kebiasaan (adat), meskipun pada tahap awal struktur bahasa arab yang dipakai oleh siswa/i akan bercampur baur dengan bahasa ibu (lughotul Umm). Pada tahap ini, guru jangan terlebih dahulu memberikan teguran atau sanksi atau secara langsung mengkoreksi kesalahan siswa tersebut. Biarkan siswa mengekspresikan bahasa arab sesuai dengan kehendaknya. Tahap kedua, guru memberikan stimulus kepada siswa, dapat berbentuk lagu-lagu bahasa arab atau syair-syair arab. Namun jangan terlebih dahulu memberikan terjemahannya secara gamblang, berikan intinya saja. Hal ini perlu dilakukan agar siswa tidak merasa jenuh dan secara psikologis mampu membangkitkan semangat siswa. Tahap ketiga, guru mulai memperhatikan grammer tata bahasa yang diucapkan dalam komunikasi siswa, dan dapat secara langsung mengkoreksi bahasa tersebut.
Secara berkala, tahap demi tahap guru harus memberikan ungkapan baru untuk siswa, dan ungkapan tersebut harus sesuai dengan kebudayaan arab, bukan ungkapan yang dipaksakan melalui tejemahan dari bahasa indonesia ke bahasa arab.
III. KESIMPULAN
Kecendrungan berbahasa arab melalui biy'atul arob melalui program arabic days adalah suatu yang sangat harus dilakukan guru untuk merumuskan dan mengaplikasikan program tersebut. Hal ini dilakukan untuk mengakomodasi kekurangan jam pelajaran bahasa arab di sekolah. Adapun langkah-langkah yang perlu diperhatikan guru sebelum memulai program ini adalah sbb:
  1. Guru dan kepala sekolah serta civitas lainnya harus beri'tikad untuk ikutmensukseskan arabic days dan siap untuk ikut mensukseskannya.
  2.  Guru bahasa arab harus menjadi motivator sekaligus tutor dalam membimbing civitas sekolah dan siswanya dengan memberikan aneka stimulus.
  3. Guru bahasa arab harus rajin memberikan ungkapan-ungkapan bahasa arab untuk program ini.
  4. Guru bahasa arab dan kepala sekolah melakukan evaluasi dan monitoring setiap bulannya, serta membuat grafik kemajuan siswa dalam berbahasa arab
Penulis
Marzuki, S.Ag.
Staf Pengajar B. Arab MTs. Al-Irfan
Karangnunggal Tasikmalaya.,





Jumat, 14 Mei 2010

LIRIK LAGU PILEULEUYAN

PILEULEUYAN

Asa kamari urang sosonoan
diajar diaping ibu bapak guru
asa can lami urang sosobatan
unduk waktos ayeuna papisah
papisah urang bakal papisah
patebih urang bakal patebih
paenggang urang bakal paenggang
paturai urang bakal paturai
lulus ujian kacida bingahna
ibu bapak guru duh ageung jasana
junun sakolah ngudag cita-cita
muga-muga urang patepang deui
pileuleuyan sobat-sobat sarerea
pileuleuyan duh ibu bapak guru
rek paturai kacida seudihna
pileuleuyan duh kantun wa'asna

Rabu, 12 Mei 2010

ARTIKEL PENDIDIKAN BAHASA ARAB 1

PROBLEMATIKA PENGAJARAN BAHASA ARAB DAN SIKAP PROFESIONALISME GURU

I. Pendahuluan

Bahasa Arab bagi sebagian masyarakat Indonesia terutama di pedesaan masih mendapat tempat yang belum pada posisinya sebagai bahasa komunikasi.Bahasa Arab dipandang sebagai bahasa yang sakral. Bahkan dalam mengucapkannya-pun jangan di sembarang tempat. Tempat seperti kamar mandi, WC dan tempat kotor lainnya dilarang untuk berbicara dengan bahasa Arab. Sebuah fenomena yang sangat menarik, ketika bahasa Arab sedemikian diagungkan dan "disucikan", namun masyarakat di Indonesia banyak yang tidak bisa berbahasa Arab. Bahkan bahasa Arab mendapat posisi di bawah setelah bahasa Inggris. Gejala seperti ini banyak sekali didapati, terutama di lembaga-lembaga pendidikan tradisional seperti pesantren salafi. Di sini bahasa Arab dipelajari secara terpisah-pisah ( nazhoriyatul furu' ). Mereka lebih mengutamakan grammer atau struktur tata bahasa Arab itu sendiri ketimbang mempelajari muhadatsah bahasa Arab itu sendiri. Para kiyai atau ajengan (istilah pimpinan pondok pesantren di Jawa Barat) menuntut agar santrinya dapat menghafal di luar kepala ilmu-ilmu tata bahasa Arab tanpa memperdulikan makna dan pemahamannya.
Berbeda dengan lembaga pendidikan tradisional, di sekolah-sekolah di bawah naungan Kementrian Keagamaan, bahasa Arab sedikin lumayan menunjukan eksistensinya sebagai bahasa komunikas, meski belum maksimal. Dengan "ruang" yang sempit ini diharapkan peserta didik dapat mengenal bahasa Arab sebagaimana tujuannya yang tercantum dalam kurikulum. Namun ketika implementasi bahasa Arab ke hadapan anak didik, proses pengajaran dan pembelajarannya banyak mengalami kendala. Profesionalisme guru, sarana prasarana dan kondisi lingkungan yang tidak mendukung menjadikan bahasa Arab "jalan ditempat".
Problematika apakah yang menyebabkan bahasa Arab tidak popular di mata anak didik kita? serta bagaimana cara guru mencari solusinya?. Makalh ini mencoba meneliti sejauhmana sikap profesionalisme guru bahasa Arab mampu menciptakan bahasa Arab sebagai bahasa yang "interest" di mata anak didik dalam kekurangan yang "serba".

II. PEMBAHASAN

Sebelum penulis lebih jauh memaparkan tentang problematika pengajaran dan pembelajaran bahasa Arab, terlebih dahulu penulis akan menjelaskan dua teori dalam mengajar bahasa Arab, karena dengan menjelaskan kedua teori tersebut kita akan mendapati problematika yang ditimbulkan dari implementasi kedua teori itu. Kedua teori itu adalah : Teori satu kesatuan ( Nazhoriatul Wahdah ) dan teori terpisah ( Nazhoriatul Furu' ). Yang dimaksud dengan teori satu kesatuan ( Nazhoriatul Wahdah ) adalah suatu teori yang mengajarkan bahasa Arab sebagai satu disiplin ilmu yang tidak terpisah-pisah cabang ilmu yang ada di dalamnya. Sedangkan yang dimaksud dengan teori terpisah ( Nazhoriatul Furu' ) adalah teori yang memandang bahwa bahasa Arab itu terbagi dalam beberapa cabang disiplin ilmu yang masing-masing memiliki kriteria tersendiri dalampengajarannya.
Kedua teori ini memiliki kelebihan dan kelemahan masing-masing. Teori nazhoriatul wahdah efektivitas dan efisiensi waktu lebih terkontrol. Selain itu peserta didik lebih terfokus belajar bahasa Arab bukan cabang-cabangnya. Namun kelemahan teori ini peserta didik mendapat pelajaran bahasa Arab tidak secara mendalam dipelajarinya. Cabang-cabang disiplin ilmu yang ada dalam mata pelajaran bahasa Arab diajarkan hanya sepintas saja.
Berbeda dengan nazhoriatu wahdah, nazhoriatul furu' lebih mendalam mempelajari cabang-cabang ilmu bahasa Arab, karena dalam teori ini bahasa Arab diajarkan secara terpisah. Menurut teori ini mata pelajaran bahasa Arabterdiri dari ilmu nahwu, shorof, muhadatsah dll yang diajarkan dengan jam pelajaran berbeda, sehingga tiap-tiap cabang dapat dipelajari secara mendalam. Akan tetapi kelemahan teori ini membutuhkan waktu yang banyak. Efektivitas dan efisiensi waktu sulit terukur.
Pada satuan Pendidikan tingkat MI, MTs dan MA, pelajaran bahasa Arab diajarkan dengan teori nazhoriatul wahdah. Sedangkan untuk perguruan tinggi pelajaran bahasa Arab diajarkan dengan teori nazhoriatul furu'. Kedua teori tersebut dengan kelebihan dan kekurangannya masing-masing masih belum sanggup untuk mendongkrak bahasa Arab sebagai pelajaran yang dapat menarik hati siswa. Apakah implementasi teori itu yang perlu ditinjau atau guru yang seharusnya menjadi motivator belum bekerja secara profesional.

A. Problematika Bahasa Arab

Di antara permasalahan-permasalahan bahasa Arab yang didapati penulis dapat dikatagorikan menjadi dua: yaitu problematika intern bahasa Arab itu sendiri dan problematika ekstern yang datang dari luar bahasa Arab.

A.1. Problematika Intern
Problematika bahasa Arab yang bersifat intern adalah permasalahan yang ada dalam bahasa Arab itu sendiri. Ketika bahasa Arab yang diajarkan di satuan pendidikan MI, MTs atau MA bahkan tingkat perguruan tinggi berbaur dengan masyarakat orang Arab maka bahasa Arab tersebut "kurang laku". Orang Arab lebih banyak memakai bahasa Arab Amiyyah sebagai alat komunikasi di antara mereka. Sedangkan bahasa Arab yang dipelajari peserta didik di Indonesia adalah bahasa Arab fushah. Bahkan trend saat ini dikalangan generasi muda Arab dikenal dengan istilah Al-Fush Amiyyah yang merupakan percampuran antara bahasa Arab fushah dengan Amiyyah.

A.2. Problematika Ekstern
Arus globalisasi merupakan akar dari permasalahan penyebab bahasa Arab menjadi bahasa yang tidak "marketable" tadi. Bahasa Arab diidentikan dengan kekerasan dan terorisme yang harus dijauhkan dan disingkirkan. Selain itu arus globalisasi dengan ciri imperalisme yang kental ikut andil bagian dalam mempengaruhi dan memperburuk citra bahasa Arab. Suatu power yang sangat terorganisir dan kasat mata telah dilontarkan negara barat dalam memusuhi bahasa Arab dan memposisikannya bergandengan dengan terorisme.
Begitu rumit bahasa Arab menghadapi problematikanya sehingga bahasa yang dahulu dikenal sebagai bahan rujukan para ilmuan dan diagungkan sebagai bahasa resmi di banyak negara kini menjadi bahasa "pinggiran".

B. Kiat Guru Bahasa Arab
Dalam keadaan seperti di atas guru-guru bahasa Arab-lah yang harus memiliki peranan yang aktif dalam memperbaiki citra bahasa Arab di mata anak didik. Guru bahasa arab harus profesional dan kreatif menciptakan suasana belajar bahasa Arab bagi anak didiknya. Di antara langkah-langkah kreatif itu antara lain adalah:
1. Dalam mengajar hendaknya guru menggunakan metode yang bervariatif, sehingga peserta didik tidak merasa bosan.
2. Ciptakan kesan bahwa bahasa Arab adalah bahasa komunikasi resmi di dunia yang dipergunakan di berbagai even-even dunia. Caranya guru dapat menunjukan berbagai koran-koran atau majalah-majalah arab kepada siswa.
3. Sebisa mungkin guru bahasa Arab harus menggunakan media dalam mengajar agar siswa dengan mudah dapat menyerap pelajaran.
4. Ajak siswa/i sekali-kali belajar di luar kelas untuk menciptakan suasana baru dan imajinasi baru.
5. Buatlah program hari bahasa Arab (Arabic Days) dengan di bawah bimbingan guru bahasa arab dan ikut sertakan semua civitas sekolah.
6. Selalu berdiskusi dengan guru-guru bahasa arab dalam wadah KKG/ MGMP untuk mencari solusi permasalahan-permasalahan.

III. Penutup

Dengan kata kunci "aktiflah guru bahasa Arab" maka semua problematika yang melanda bahasa Arab sebagai bahan pelajaran dan alat komunikasi akan banyak teratasi meskipun step by step.

Penulis
Marzuki, S.Ag.
Staf Pengajar MTs. AL-Irfan
Karangnunggal, Tasikmalaya

Makalah inipernah dipakai dalam penulisan dokumen portofolio sertifikasi gur 2009.


Catatan :
Diambil dari berbagai sumber.

PUISI

HARAPAN

Saat kutanam segala harapan
kutunggu untuk berteduh
kuperhatikan dan kusayangi
kemana arah hatimu
waktu cepat berlalu
tak kusadari semua pergi
obsesi ku hanya mimpi
terbang bersama ucapanmu
penantianku terpendam sudah
keinginanku terbawa duka
hasratku menangis
luka menusuk hati
IAIN Ciputat, 1989

CONTOH PIDATO ANAK BAHASA SUNDA

NGAMUMUK KANDAGA BUDAYA SUNDA

Assalamualaikum Wr.Wb.
Bapak kalih ibu anu bade ngaregepkeun biantara-biantara simkuring, urang titenan kahirupan kiwari seueur pisan tontonan ti luar nagara urang, dipikaresep ku barudak ngora, anu sepuh oge sami “ Jati kasilih ku junti” teu minosea kana seni budaya, margi di Indonesia ti sabang dugi ka maroke seueur pisan seni budaya.
Di pulo Jawa bae aya budaya Jawa jeung Sunda.
Ku hal kitu dina biantara ayeuna bade bantun tema “ Ngala lele kasamawa meunang dua, ngamumule kandaga Budaya Sunda”.
Naon atuh ari budaya the? Ceuk emutan simkuring Budaya the hiji kamonesan atanapi kapanigelan, boh dina seni atanapi dina kaolahan, tangtos ibu bapak tumaros naha kadaharan make lebet kana budaya?. Urang ngabantun conto: babantal, comro, misro, nutuan bubuy bawang, tutuan sareng cikur, beuleum sampeu ditambih parud kalapa gegetuk ngarana moal aya di Amerika, iwal Obama meureun apaleun, pedah kungsi di Indonesia.
Dina widang seni di latar Sunda seueur pisan, aya rengkong, reog, celempungan bajidor, jaipongan, wayang golek, sareng nu sanesna. Budak ngora ayeuna sok ngaleos upami ngadangu kacapi, suling. Kop nu kitu mah keur nu huisan. Abdi mah resep rok en roll, dag, dig, dug jreng.., bress…, hebat euy.
Padahal upami dilenyepan, ngemprangna sora kendang, ngerelikna sora suling kabawa angin peuting, hawar-hawar cianguran matak nyerep kana hate sumanambah kana bayah, kendang penca mani ngemprang, hut, het anu ngigelna kiwari ampir sirna. Nu matak ahli seni budaya atawa pamarentah geus nyieun wadah sapertos IPSI, ngawangun sanggar pikeun ngamumule seni budaya , utamina di tatar sunda kango urang mah. Piraku ari urang Amerika bisa kana budaya Sunda ari urang teu resep, teu malise, heunteu reueus urang kudu jadi benteng budaya Sunda.
Wargi-wargi sadaya sakitu nu kapihatur tina tanahal, garehal teu keuna kana undak usukna basa, sakali deui umajak ka balarea urang mumule seni budaya urang.
Urang Jepang bisa nyieun pedang, urang reureus bisa nyieun jodang, tong mangmang tong hariwang kang Darso ge bisa hirup senang.
Wassalamualaikum Wr.Wb.

BERTEMAN DENGAN SAYA